Rabu, 25 Januari 2012

Big Bang Akan Kembali Tampil


Walaupun Big Bang baru akan kembali tampil pada Februari, namun para penggemarnya sudah sangat senang ketika mereka mengungkapkan bahwa penampilan kembali mereka akan digelar dengan meriah.
Menurut situs Kpopfever, markas penggemar dan penyuka K-Pop lebih tertarik dengan berita bahwa penampilan kembali Big Bang yang akan digelar sebentar lagi akan menjadi "konser terbesar". Kantor berita setempat melaporkan bahwa agen manajemen Big Bang, YG Entertainment, sedang mempersiapkan promosi terbesar untuk konser kembalinya grup tersebut dalam belantika musik.
Beberapa hari lagi akan menginjak bulan Februari jadi keinginan penggemar dan penikmat industri musik sangat terasa. Personill band, Tae-yang bahkan menambah heboh berita tersebut dengan status di Twitter nya yang menulis, "The sun will rise."

Jumat, 20 Januari 2012

K-Pop Siap ‘Go International’?


Virus K-pop memang mulai meluas ke mana-mana, tetapi apakah K-pop sebenarnya siap menyebarluas ke mancanegara?

Dari segi musik, K-pop memang mulai merekrut produser dan penulis lagu Barat, seperti yang dilakukan JYJ dengan menggamit Kanye West. Atau proyek kolaborasi Girl’s Generation bersama Teddy Riley.

Dari segi pencitraan, para artis K-pop juga tidak kalah dengan artis Barat. Jeremy Scott, desainer Amerika yang melejitkan konsep emas dalam produk Adidas, pernah mendandani Wonder Girls, Lee Hyori, SHINee, Big Bang, dan 2NE1. Kabarnya, malah Jeremy Scott bersahabatan dengan CL, ketua 2NE1.

Dengan paduan dua hal itu, seharusnya K-pop tidak lagi menjadi musik favorit beberapa kalangan saja. Namun, setelah beberapa kali datang ke konser K-pop, saya merasa ada hal lagi yang kurang.

Yang utama adalah kesulitan dalam bahasa Inggris atau Jepang. Tanpa kemampuan menguasai berbagai bahasa ini, K-pop akan sulit menembus penikmat musik awam.

Dan ini bukan tidak disadari oleh manajemen artis. Beberapa idola K-pop kini dituntut menyanyi dalam bahasa selain Korea dalam rangka merintis perjalanan menembus pasar global. Sebagai contoh, SM Entertainment sengaja mengirim BoA dan Sooyoung (Girl’s Generation) untuk sekolah ke Jepang. Sedangkan Siwon dan Hyoyeon (Girl’s Generation) ke Cina.

Wonder Girls adalah contoh lain. Mereka tinggal bersama guru bahasa Inggris selama setahun saat bermukim di Amerika. Setiap hari mereka diharuskan menulis catatan harian dan menghafal 500 kata setiap minggu. Begitu pula CN Blue, yang empat kali seminggu belajar bahasa Jepang sejak tahun 2009.

Trik lain adalah memasukkan anggota yang menghabiskan masa kecilnya di luar negeri atau malah mencari anggota dari negara lain.

Ini terjadi pada anggota f(x). Amber adalah warga Amerika keturunan Cina. Ayah-ibunya berimigrasi dari Taiwan. Victoria ditemukan saat SM melakukan audisi di Cina. Sedangkan Krystal menghabiskan masa kecil di Amerika.

Namun, sekadar menguasai bahasa tidaklah cukup . Penjiwaan atau penguasaan bahasa sehingga emosi pun terekspresikan adalah faktor lain yang membuat musik K-pop ini kesulitan menjadi musik konsumsi massal.

Baru-baru ini Wonder Girls, yang memang oleh JYP dilatih untuk menembus pasar Amerika, mengeluarkan single berbahasa Inggris “The DJ Is Mine”. Secara kuping, pengucapan bahasa Inggris Sohee dan kawan-kawan memang sudah benar. Tidak belepotan seperti ketika Se7en atau BoA mencoba menembus pasar yang sama.

Namun, penjiwaan lagu masih jauh sekali untuk dirasakan. Entah kenapa JYP memadukan Wonder Girls dengan girlband yang berbahasa Inggris lancar, School Gyrls. Entah kenapa kegagalan Se7en dan BoA pun seperti terulang lagi.

Untuk menembus pasar global, selain faktor keberuntungan, penguasaan bahasa sebagai alat penghubung dan pembuka jalan memang harus dikuasai dengan matang. Sementara musik atau lagu adalah alat mengekspresikan emosi. Penguasaan bahasa yang baik akan tercipta penjiwaan lagu. Jika emosi terekam dalam lagu, pendengar musik awam bisa merasakan tanpa harus mengerti lirik.

Formula sederhana sebenarnya. Manajemen artis di belakang K-pop ini seharusnya sudah belajar dari cara mereka menaklukan pasar musik Jepang. Hanya boyband/girlband yang fasih bahasa Jepang menguasai Oricon/RIAJ (Chart sekelas Billboard) seperti BoA dan DBSK.

Ketika para artis K-pop itu—seperti Big Bang dan CN Blue—mencoba menembus pasar dengan lagu-lagu berbahasa Inggris, pasar lokal sulit pasar lokal menerima mereka. Sebab, artis-artis Barat jelas lebih bisa emosional menyanyikan lagu  dalam bahasa ibu mereka.

sumber :
http://id.omg.yahoo.com

Kata Pierre Simple Plan Tentang Kotak

Siapa yang tidak kenal dengan Simple Plan? Band asal Kanada yang terbentuk tahun 1999 ini beranggotakan Pierre Bouvier, Sebastien Lefebvre, Chuck Corneau dan David Desrosiers. Saat ini, mereka telah memiliki empat album, “No Pads, No Helmets, Just Balls” (2002), “Still Not Getting Any” (2004), “Simple Plan” (2008), dan “Get Your Heart On!” (2011).

Pada 17 Januari 2011, Simple Plan mengadakan konser di Jakarta, dilanjutkan keesokan harinya di Surabaya. Konser kali ini merupakan kedatangan mereka ketiga kali di Indonesia. Beberapa saat sebelum konser, Yahoo! OMG! sempat ngobrol bareng sang vokalis Pierre Bouvier. Simak apa pendapat Pierre tentang Kotak yang berkolaborasi dengan Simple Plan lewat lagu "Jet Lag".

Waktu Simple Plan di Singapura, kalian jadi topik mengemuka di Twitter. Apakah kamu percaya dengan kekuatan dari media sosial seperti Twitter?
Tentu saja. Kami menjadi topik mengemuka di seluruh dunia di Twitter, dan menambah 1500 follower baru. Aku percaya kalau media sosial seperti Twitter dapat mendekatkan kami dengan para penggemar, sekaligus jadi semacam radar atas apa yang tengah terjadi.

Beberapa waktu lalu, kamu pernah terlibat dalam rekam ulang lagu Fix You dari Coldplay dalam rangka penggalangan dana untuk para korban tsunami di Jepang. Cerita dong!
Ya kami hanya melakukan apa yang kami bisa untuk menolong sesama. Itu hanyalah hal sederhana yang bisa kami lakukan.

Pernah merasakan jetlag?
Tentu saja. Tapi aku sudah berada di kawasan ini sekitar dua setengah minggu, jadi pengaruh jetlag itu sudah tidak terlalu terasa.

Kenapa lagu "Summer Paradise" terdengar agak reggae?
Kami merupakan penggemar musik reggae. Terasa sangat tropis dan lebih cerah. Kami belum pernah mencobanya, jadi ya kenapa tidak. Kami selalu ingin mencari hal yang baru.

Simple Plan duet dengan Natasha Bedingfield, dan ternyata sukses. Ada musisi lain yang ingin kalian ajak kerjasama?
Mungkin dengan Pink. Dia sangat berbakat, berenergi, nge-rock dan suaranya bagus.

Yahoo! pernah membuat sebuah tulisan tentang kolaborasi kalian dengan band Kotak. Apa pendapatmu tentang Kotak?
Awalnya sungguh sangat menyenangkan bisa berkolaborasi dengan band dari kultur yang berbeda. Ini bertujuan agar semua orang membuka mata. Agar orang Indonesia tahu bahwa ada Simple Plan. Mereka yang belum pernah ke Indonesia juga bisa tahu nama Kotak. Suara Tantri sangat bagus, band mereka sangat menjanjikan. Luar biasa.

Kalau kamu bukan Simple Plan, apa yang mungkin kamu lakukan sekarang?
Sejujurnya... Aku tidak tahu. Simple Plan sudah menjadi bagian dalam hidupku untuk waktu yang lama. Aku tidak tahu apa yang akan aku kerjakan kalau aku bukan bagian dari Simple Plan. Simple Plan telah mengubah hidupku. Aku 100 persen Simple Plan. Jadi.. Aku tidak tahu.

Ada persiapan khusus untuk konser di Indonesia kali ini?
Seperti biasa saja. Hanya melakukan pemanasan, peregangan, bersiap untuk berloncatan di atas panggung dan berkeringat menghadapi para penggemar kami di sini.

Apa tantangan terbesar kalian?
Mungkin mengenai bagaimana caranya agar kami bisa tetap satu. Seperti sebuah hubungan asmara. Ada perempuan. Kalau untuk mendekatinya saja mungkin mudah, justru tantangan baru dimulai saat keduanya mencoba tetap bersama di saat banyak kejadian yang tidak diinginkan muncul.

Kamu terlihat sangat lelah.
Ya, sangat (lelah). Makanya aku tidak berbicara lepas denganmu demi menjaga suaraku menjelang konser.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons